SERANG, Redaksi Banten – Sejumlah Bank Pembangunan Daerah dalam laporan keuangan kuartal 3 2025 yang dirilis, mampu merealisasikan kredit di atas rata-rata pertumbuhan perbankan nasional. Kinerja moncer pertumbuhan kredit dari bank-bank tersebut juga mengindikasikan pertumbuhan positif intermediasi, tak terkecuali Bank Banten.
Bank Banten merealisasikan laba bersih sebesar Rp10,7 miliar, tumbuh 43,34% dibanding periode yang sama tahun lalu. Selain itu, Bank yang juga melantai di Bursa Efek Indonesia dengan kode emiten BEKS tersebut mampu membukukan aset sebesar Rp9,51 triliun, tumbuh 24,15% dibanding periode yang sama tahun lalu sebesar Rp7,66 triliun.
Direktur Utama Bank Banten, Muhammad Busthami, menyampaikan bahwa capaian positif tersebut merupakan hasil kerja keras seluruh insan Bank Banten serta dukungan kuat dari Pemerintah Provinsi Banten sebagai Pemegang Saham Pengendali (PSP), pemerintah daerah se-Banten, para nasabah, dan masyarakat.
“Kepercayaan yang terus tumbuh menjadi energi kami untuk terus memperkuat peran Bank Banten sebagai mitra strategis pemerintah daerah dan motor penggerak ekonomi di Provinsi Banten,” ujar Busthami.
Berikut rangkuman kinerja pertumbuhan kredit lima BPD tertinggi sesuai laporan kinerja keuangan kuartal III 2025 per 31 Oktober 2025.
1. Bank Banten
Bank Banten menjadi BPD dengan kinerja intermediasi solid. Per September 2025, bank milik Pemprov Banten ini mampu salurkan kredit hingga hingga Rp4,45 triliun, tumbuh 22,01% dari posisi September 2024 sebesar Rp3,64 triliun.
Pertumbuhan kredit ini jauh di atas rata-rata industri perbankan nasional yang berada di level 7,20% menurut data Bank Indonesia (BI).
Rasio kredit bermasalah atau non-performing loan (NPL) gross berhasil ditekan dari 9,86% per September 2024 menjadi 5,53% di September 2025, sedangkan NPL net turun tipis menjadi 1,72% dari 1,83% pada periode yang sama tahun sebelumnya.
2. Bank Kalteng
Di posisi kedua ada Bank Kalteng. yang mampu menyaluran kredit mencapai Rp11,50 triliun hingga September 2025, atau tumbuh 9,91% YoY dibanding tahun sebelumnya yang sebesar Rp10,46 triliun.
Pertumbuhan kredit tersebut juga berada di atas rata-rata perbankan nasional yang tumbuh 7,20%. Pertumbuhan kredit Bank Kalteng ditopang segmen korporasi dan komersial yang naik 12,8%, serta segmen consumer yang tumbuh 10,7%.
Pertumbuhan kredit juga diikuti dengan kualitas kredit yang terjaga. Rasio NPL per akhir September 2025 yang di bawah threshold 5% regulator, persisnya 2,77% untuk NPL gross dan 1,52% untuk NPL net.
3. Bank Sumut
Bank Sumut berada di posisi ketiga dalam mencatatkan kinerja kredit yang positif. Realisasi kredit dan pembiayaan mencapai Rp32,4 triliun, atau tumbuh 7,05% dibanding tahun lalu.
Kualitas penyaluran kredit dan pembiayaan juga terjaga. Tercermin dari rasio kredit bermasalah (NPL Gross) tetap terjaga di bawah 3%, yakni 2,60%.
Kinerja intermediasi lainnya, yakni Dana Pihak Ketiga (DPK) Bank Sumut tercatat tumbuh 9,84% yoy dari Rp35,3 triliun. Dari kinerja tersebut, Bank Sumut mampu meraup laba bersih Rp539 miliar, tumbuh 3,63% yoy per September 2025 dari tahun sebelumnya Rp520 miliar.
4. Bank Kalbar
Posisi selanjutnya ada Bank Kalbar. Sepanjang sembilan bulan pertama 2025, kredit dan pembiayaan Bank Kalbar tumbuh 7,00% menjadi Rp1,72 triliun.
Pertumbuhan kredit ini ditopang oleh sektor produktif, terutama perdagangan dan perkebunan, serta segmen Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) yang tetap menjadi fokus utama.
Dari sisi kualitas aset, rasio NPL gross berada di level 2,20%, sedikit meningkat dari 2,19% tahun lalu, namun NPL net berhasil ditekan ke 0,72% dari sebelumnya 0,84%.
5. Bank Jatim
Dari sisi intermediasi, Bank Jatim menyalurkan kredit sebesar Rp65,46 trilin per September 2025 atau tumbuh 6,63% secara tahunan. Pembiayaan syariah juga meningkat 4,16%, dari Rp13,96 triliun menjadi Rp14,79 triliun.
Kualitas aset emiten berkode BJTM ini terjaga baik dengan rasio kredit bermasalah (NPL gross) di level 2,00%. Meski naik tipis dari 1,52% pada periode sama tahun lalu, rasio ini masih jauh di bawah ambang batas yang ditetapkan regulator.
Dari sisi penghimpunan dana, BJTM berhasil mencatat pertumbuhan DPK sebesar 13,51% menjadi Rp99,32 triliun, dari Rp87,50 triliun pada periode sama tahun sebelumnya. Komposisi DPK masih didominasi oleh dana murah (CASA) dengan porsi 58,39% dari total DPK.
Total aset Bank Jatim tembus Rp125,11 triliun per September 2025, meningkat dari Rp106,63 triliun pada periode yang sama tahun lalu.
			
















