Redaksi Banten, JAKARTA – Pembina KONI DKI Didi Affandi menyampaikan keprihatinan mendalam atas kegagalan beruntun kontingen DKI Jakarta meraih gelar Juara Umum Pekan Olahraga Nasional (PON) dalam tiga edisi terakhir, yakni PON XIX 2016 di Jawa Barat, PON XX 2021 di Papua, dan PON XXI 2024. Padahal, DKI Jakarta selama ini dikenal sebagai barometer pembinaan olahraga nasional dengan torehan 11 kali Juara Umum dari 20 pelaksanaan PON sejak pertama kali digelar pada 1948.
Selain itu, Didi juga mempertanyakan ketidak jelasan penggunaan dana Sponsor yang didapat oleh KONI DKI di bawah kepemimpinan Hidayat Humaid. Didi menegaskan bahwa kegagalan meraih gelar juara umum selama tiga kali berturut-turut merupakan kemunduran serius bagi prestasi olahraga Ibu Kota. Ia menilai, kegagalan tersebut tidak terlepas dari kegagalan sistem pembinaan prestasi yang dijalankan oleh KONI DKI Jakarta sebagai organisasi yang memiliki tugas utama menyiapkan atlet-atlet untuk ajang PON.
“Sudahlah malu Hidayat Humaid, tidak usah maju lagi, sudah gagal total anda, terus pertanggung jawabkan itu penggunaan dana sponsor untuk medali yang nilainya miliaran, harus transparan,”kata Didi.
Didi memaparkan, berdasarkan rekam jejak kepengurusan KONI DKI Jakarta, Hidayat Humaid (HH) telah terlibat dalam struktur organisasi KONI DKI selama sekitar 20 tahun, sejak pasca-PON XVI tahun 2004. Peran aktif HH dalam kepengurusan mulai terlihat ketika mempersiapkan PON XVII, hingga menjabat secara struktural di bidang pembinaan prestasi pada PON XVIII di Pekanbaru, saat DKI Jakarta terakhir kali meraih Juara Umum pada 2012 di bawah kepemimpinan Winny Erwindia dengan dukungan almarhum Kusnan Ismukanto. Sejak saat itu, kontingen DKI tercatat telah puasa gelar Juara Umum PON selama lebih dari 13 tahun.
Lebih lanjut, Didi mengungkapkan data karier HH yang dinilai mencerminkan kegagalan beruntun. Pada PON XIX 2016 di Jawa Barat, HH menjabat sebagai Ketua Bidang Pembinaan Prestasi dan DKI Jakarta gagal mempertahankan gelar juara umum. Kemudian pada PON XX 2021 di Papua, HH menjabat sebagai Wakil Ketua Umum II KONI DKI yang membidangi pembinaan prestasi sekaligus sebagai Ketua Kontingen (Chief de Mission), namun kembali gagal meraih Juara Umum. Terakhir, pada PON XXI 2024, saat HH menjabat sebagai Ketua Umum KONI DKI, kegagalan kembali terjadi untuk ketiga kalinya secara berturut-turut.
Kata Didi, kegagalan beruntun tersebut sudah cukup menjadi dasar evaluasi serius, baik bagi Pemerintah Provinsi DKI Jakarta, perangkat terkait, anggota KONI DKI, maupun induk cabang olahraga. Pria yang pernah menjabat Wakil Ketua itu juga menyatakan sangat menyayangkan apabila masih ada pihak-pihak tertentu yang diduga memaksakan kehendak agar HH kembali terpilih sebagai Ketua Umum KONI DKI Jakarta untuk periode 2026–2030.
“Masa kita harus terus mendukung orang gagal dan kegagalan,” katanya.
Didi juga mengajak seluruh pemilik suara untuk belajar dari sikap dua mantan Ketua Umum KONI DKI Jakarta sebelumnya, Raja Sapta Ervian dan Laksma Djamhuron P. Wibowo, yang memilih tidak mencalonkan diri kembali untuk periode kedua setelah gagal memenuhi harapan masyarakat DKI sebagai Juara Umum PON pada masanya. Sikap tersebut dinilai mencerminkan jiwa ksatria dan semangat sportivitas sejati dalam olahraga prestasi.
Di akhir pernyataannya, Didi berharap agar Hidayat Humaid dapat meneladani sikap para pendahulunya, serta meminta agar unsur legislatif dan eksekutif DKI Jakarta bersikap realistis dan objektif dalam menyikapi masa depan pembinaan olahraga prestasi. Didi menegaskan harapannya agar pada momentum HUT ke-5 Abad Kota Jakarta tahun 2028, kontingen DKI Jakarta mampu kembali bangkit dan memberikan hadiah terbaik bagi masyarakat berupa gelar Juara Umum PON XXII.(*)

















